Friday, May 20, 2011

HARGA TRANSFER

Pengertian Harga Transfer
Harga transfer adalah nilai yang diberikan kepada suatu transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi di mana setidaknya ada satu pusat laba yang terlibat di dalamnya.
Sasaran Penentuan Harga Transfer
  1. Memberikan informasi relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
  2. Menghasilkan keputusan yang bertujuan sama, maksudnya: system dirancang agar keputusan dapat meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
  3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.
  4. Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola.
Metode Penentuan Harga Transfer
Prinsip Dasar
Prinsip dasarnya adalah bahwa
  1. harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
  2. ada dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk:
    1. sourcing decision (yaitu: keputusan akan pemakaian sumber daya dari luar atau produksi sendiri).
    2. transfer price decision (yaitu: keputusan pada tingkat berapakah produk tersebut ditransfer antar pusat-pusat laba).
Situasi Ideal
Situasi yang ideal yang diharapkan dapat dicapai apabila kondisi-kondisi berikut ini dipenuhi:
  1. Orang-orang yang kompeten, mempunyai visi dan misi baik jangka pendek maupun jangka panjang dan mempunyai kemampuan negosiasi dan arbitrasi harga transfer.
  2. Atmosfer yang baik. Para manajer mempunyai kesadaran yang tinggi untuk memperoleh laba.
  3. Suatu harga pasar. Harga transfer didasarkan harga pasar.
  4. Kebebasan memperoleh sumber daya. Setiap pusat laba bebas memilih pemasok.
  5. Informasi penuh. Setiap manajer mengetahui kos dan pendapatan yang relevan.
  6. Negosiasi. Perlu ada mekanisme yang baik antar pusat laba
Hambatan-Hambatan dalam Perolehan Sumber Daya (Sourcing)
Berikut ini adalah hambatan-hambatan sourcing pada kebijakan harga transfer yang ada:
  1. Pasar yang terbatas
Ada beberapa alasan keterbatasan pasar antara lain:
    1. Keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal.
    2. Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.
    3. Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar maka ia cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar, kecuali harga jual di luar mendekati biaya variabel perusahaan.
Harga transfer yang paling memenuhi persyaratan sistem pusat laba adalah harga kompetitif. Harga kompetitif mengukur kontribusi dari tiap pusat laba bagi laba perusahaan secara keseluruhan.
  1. Kelebihan atau kekurangan kapasitas industri
Perusahaan akan membuat keputusan sourcing berdasarkan situasi yang paling baik bagi perusahaan. Saat terjadi kelebihan kapasitas laba perusahaan tidak optimal karena barang belum terjual. Demikian pula apabila terjadi kekurangan kapasitas, laba tidak optimal karena output dari pusat laba tidak terpenuhi.

Harga Transfer Berdasarkan Biaya/Kos
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis pasar (market-based price).
Basis Biaya
Basis yang umum digunakan adalah biaya standar
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba juga terdapat 2 keputusan:
  1. Berapakah dasar markup laba tersebut didasarkan?
  2. Berapakah tingkat laba yang diperbolehkan?
Basis yang paling mudah dan umum dipergunakan adalah persentase biaya. Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi. Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada level standar dengan aset tetap dan persediaan pada current replacement cost.
Biaya Tetap dan Laba Upstream
Penentuan harga transfer dapat dibuat untuk masalah signifikan perusahaan secara keseluruhan. Pusat laba menjual pada pembeli pihak luar yang tidak mengetahui biaya tetap upstream dan laba yang termasuk harga beli internal. Metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mengatasi masalah biaya tetap dan laba upstream:
  1. Persetujuan di antara Unit-unit Usaha.
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil dari unit-unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk dengan biaya tetap upstream dan laba.
  1. Dua Langkah Penentuan Harga (Two-Step Pricing)
Ada 2 jenis biaya yang digunakan dalam penentuan harga transfer:
    1. Setiap unit yang terjual dibebankan sebesar biaya variabel produksi standar
    2. Secara periodik, dibebankan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembeli. Lihat exhibit 6-2.
  1. Pembagian Laba
Sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut:
    1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel standar
    2. Setelah produk terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, yaitu harga penjualan dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran.
Masalah yang mungkin dapat timbul:
  1. Kemungkinan terjadi perselisihan antara 2 pusat laba dalam pembagian laba sehingga manajemen senior terpaksa turun tangan
  2. Membagi rata laba di antara pusat laba tidak memberikan informasi yang tepat mengenai profitabilitas masing-masing pusat laba.
  3. Karena kontribusi unit produksi tergantung pada kemampuan unit pemasaran untuk menjual seharga harga penjualan aktual.
  1. Dua Bentuk Harga (Two-Sets of Prices)
Pendapatan unit produksi akan dikreditkan sebesar harga jual pada pihak luar dan unit pembeli dibebankan sebesar total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke rekening kantor pusat dan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasi.
Beberapa kelemahan sistem ini:
  1. Jumlah laba unit usaha akan lebih besar daripada laba perusahaan secara keseluruhan.
  2. Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan uang, pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat.
  3. Sistem ini memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal dimana mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya penjualan ke pihak luar.
  4. Terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasi.
  5. Fakta bahwa ada konflik diantara unit-unit bisnis akan membuat sistem ini terlihat lemah.

Penentuan Harga Jasa Perusahaan
Didalam praktiknya terdapat dua jenis transfer:
  1. Transfer untuk pusat jasa dimana unit penerima harus menerimanya tetapi minimal dapat mengendalikan jumlah yang digunakan meskipun hanya sebagian.
  2. Transfer untuk pusat jasa dimana unit usaha dapat memutuskan apakah akan menggunakannya atau tidak.

Pengendalian atas Jumlah Jasa
Unit-unit usaha mungkin diharuskan menggunakan staf perusahaan untuk jasa-jasa seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Dalam situasi seperti ini manajer unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan tersebut, tetapi ia dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada 3 teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini:
  1. Teori pertama menyatakan bahwa sebuah unit usaha harus membayar biaya variabel standar dari jasa yang diberikan. Jika ia membayar kurang dari itu maka unit usaha akan termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada sisi ekonomisnya.
  2. Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel standar ditambah porsi yang cukup memadai atas biaya tetap standar yaitu biaya penuh (full cost).
  3. Teori ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar atau biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan margin labanya. Harga pasar akan digunakan jika memungkinkan, kalau tidak harga sebesar biaya penuh ditambah ROI. Jadi logikanya adalah bahwa modal yang digunakan oleh unit jasa harus kembali pada saat modal yang digunakan oleh unit produksi juga kembali. Selain itu unit-unit usaha harus mengeluarkan investasi tambahan jika mereka menggunakan jasa mereka sendiri.

Pilihan Penggunaan Jasa
Jika pelayanan internal tidak kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa dari luar, maka ruang lingkup dari aktivitas mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka sepenuhnya didapat dari perusahaan. Dalam situasi ini, para manajer uinit usaha mengontrol baik jumlah maupun efisiensi dari pusat jasa. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pertimbangan yang sama dengan pada waktu mempertimbangkan harga transfer yang lain.

Kesederhanaan dari Mekanisme Harga
Harga yang dibebankan untuk jasa perusahaan tidak akan mencapai tujuan, kecuali metode dalam menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha.

Administrasi Harga Transfer
Bagian ini akan membahas tentang pemilihan kebijakan yang harus diimplementasikan.
1. Negosiasi
Kebanyakan perusahaan membuat kebijakan pada setiap unit bisnis untuk melakukan negosiasi dengan unit bisnis lain berkaitan dengan harga transfer, tidak perlu dibuat oleh staf kantor pusat. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan membuat suatu harga jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini (line management).
2. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Dalam sistem yang formal, arbitrase dilakukan dengan cara kedua belah pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah (arbitrator). Arbitrator memutuskan harga yang akan ditetapkan. Untuk penyelesaian konflik yang mungkin timbul maka dibentuklah sebuah komite dimana komite ini memiliki 3 tanggung jawab yaitu:
  1. Menyelesaikan pertikaian harga transfer.
  2. Meninjau alternatif sourcing yang mungkin ada.
  3. Mengubah peraturan harga transfer bila perlu.
Selain tingkat formalitas arbitrase jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga mempengaruhi keefektifan suatu sistem harga transfer. Ada 4 cara untuk menyelesaikan konflik antara lain:
  1. Memaksa (Forcing)
  2. Membujuk (Smoothing)
  3. Menawarkan (Bargaining)
  4. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi mulai dari penghindaran konflik melalui forcing dan smoothing hingga melalui bargaining dan problem solving.
3. Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka sourcing dapat dikontrol dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan membuat atau membeli (make-or-buy decision) yang melebihi jumlah tertentu. Perusahaan dapat membagi produknya ke dalam dua kelas:
  1. Kelas I, meliputi seluruh produk dimana manajer senior ingin mengontrol sourcing, dan biasanya produk berskala besar, tidak memiliki sumber dari luar, dan produksinya tetap dikendalikan manajemen.
  2. Kelas II, meliputi seluruh produk lainnya, yaitu produk yang dapat diproduksi di luar perusahaan, volumenya relatif kecil, dan diproduksi secara massal.





No comments:

Post a Comment